Karena letaknya di pinggir jalan raya banget, saya sendiri harus terbiasa berkawan dengan bunyi klakson yang bersahut-sahutan. (macetnya jakarta si masih mending, seenggaknya ga noisy. well, this is India, afterall). Ya wajar saja, kota yang dijuluki "the pink city" ini masuk dalam golden triangle, jadi tidak pernah sepi turis dan keramaian aktifitas warga.Biar begitu, lagi-lagi saya tidak berhenti kagum dengan tone arsitektur Istana Seribu Jendela ini. Tetep cantik sih kombinasi warna dan kokohnya batu pasir merah dan pinknya. Luar biasa emang selera seni india jaman dahulu. Timeless! . Kalau mendadak haus karena penat dan ingin ngadem, bisa mampir ke kafe dengan view rooftop di seberang jalan. Banyak opsinya. Pilihan saya waktu itu jatuh ke Tattoo Cafe. Sebagai traveller budget, saya cukup pesan minum saja hehe. Mango Lassi adl favorit saya, minuman yogurt dingin tradisional khasnya sini. Panas-panas gini, sembari ngecharge dan menanti sunset, nikmatnya ngadem bisa jadi dua kali lipat. Hamdallah pokoknya.
Kalau suka belanja, di kawasan Hawa Mahal ini banyak sekali yang jualan makanan-makanan lokal, kain dan juga pakaian dengan harga yang relatif murah. Tidak heran sih karena Jaipur ini juga merupakan salah satu kota industri pakaian dan kain. Kalau berkesempatan ke India, jangan lewatkan bangunan cantik 953 jendela pink ini. Biar pun ramai orang dan sering macet, bagi saya Jaipur punya kesan dan warnanya tersendiri. Namaskar.
Aku dulu pilih nyantai di Wind View Cafe yang jalan masuknya persis ada di pintu yang nampak di foto atas haha. Lumayanlah. Enaknya sih sore menjelang malam kali ya kalau mau ke sana.
ReplyDeleteSemoga kapan ada waktu bisa jalan-jalan ke India. Aamiin
ReplyDelete