Kesan Pertama Ankara
“Ngapain lama-lama di Ankara? Nggak banyak yang bisa dilihat juga.” Nggak salah juga kalau ada yang bilang demikian. Kebanyakan yang berkunjung ke Turki banyak yang skip Ankara karena alasan tadi dan lebih milih ke kota lain seperti Selcuk, Pamukkale atau pun Konya. Saya pikir singgah selama sehari saja kayaknya cukup untuk sightseeing.
Saya suka kota ini. Dibanding Istanbul, kota ini memang kalah populer. Buat dikunjungi? Menurut saya masih tetaplah worth it. Dan SANGAT AMAN. Saya singgah di Ankara setelah menikmati 2 pagi di Goreme/Cappadocia. Kebetulan satu arah untuk menuju jalan balik ke Istanbul.
Anıtkabir, makam Mustafa Kemal Atatürk |
Dibanding Istanbul atau Cappadocia, saya menemukan kesan bahwa kota ini less touristy, tentu saja itu nilai plus. Warga lokalnya kebanyakan nggak bisa berbahasa Inggris, itu jadi tantangan, tapi jangan khawatir karena mereka SANGAT ramah-ramah. Biar pun menyandang sebagai Ibukota, saya menemukan atmosphere yang tidak rush layaknya Jakarta. Ohya, kalau boleh membandingkan lagi, disini juga terbilang lebih murah, harganya bisa 3 atau 4 kali lebih murah dari Istanbul. Ini perlu dinote ya, cheaper!
Menuju ke Ankara via Cappadocia
Kalau buka-buka map, Ankara ini posisinya di tengah, literally di jantungnya Turki. Saya menyambanginya dengan naik bus dari ottogar (bus station) Goreme/Kapadokya sekitar satu jam ke Nevsehir, dilanjut lagi ngebus 5 Jam dari Nevsehir ke Ankara dengan tarif 70 TL (Rp.160,000). Jarang ada bus yang mangkal di Goreme dan langsung ke Ankara. Bus-bus antar kota disini super nyaman. Ada colokan, ada layar di tempat duduk buat nonton, dikasih snack dan minuman. Bus juga transit dahulu di restoran buat yang ingin makan dan lengkap dengan fasilitas rest areanya.Saya berangkat pukul 13.00 dari Nevsehir, sampai di terminal Inter City (ottogar) Asti – Ankara pukul 17:50. Dari terminal Asti ada shuttle yang menghubungkan ke kota, tidak dipungut biaya dengan syarat menunjukkan tiketnya. Luas banget terminal busnya, dan sudah terhubung dengan kereta bawah tanah.
Keramahan dan Cerita di Kota Ankara
Ankara Citadel from top view, people watching |
Saya masih ingat di dalam bus dari Nevsehir ke Ankara, saya bersebelahan dengan warga lokal, Ali namanya. Ali nggak bisa berbahasa Inggris. Jadi saya berkali-kali harus ngetik lewat Google translate untuk memahami apa yang dia katakan. Begitu dia tanya nama, dan saya menyebut nama Yusuf, dia setengah kaget. "Yusuf is very common name here." Bagimana mungkin orang Asia bermuka jawa memiliki nama mirip orang-orang sini. Ternyata nama Yusuf terdengar sangat pasaran disini.
“oo..Endonezya, Endonezya.” Lalu mengangguk-angguk keheranan. Kayaknya mereka jarang sekali berpapasan dengan turis Indonesia jadi wajar saja kalau agak terheran-heran. Berkali-kali ia menunjukkan saya tentang keindahan kotanya lewat bus yang kami tumpangi. “Tuz Golu… Tuz Golu!”
Tanpa diminta, Ali pun mengantar hingga ke stasiun di Kizilay. Saya pamit dan berterima kasih. Penyambutan hari yang baik, pikir saya. Saya semakin pede, bahwa dengan menjadi orang baik, kita pasti akan dipertemukan dengan orang-orang baik.
Orang-orang Ankara juga suka membantu. Pernah juga pada suatu kesempatan saat saya naik bus dalam kota , saya coba tempelkan kartu pintar untuk membayar pada pintu masuk dekat sopir, tiba-tiba muncul tanda silang merah pada layar, ternyata kartu Ankarakart saya sudah habis saldonya! sementara bus sudah melaju cepat. Canggung sekali waktu itu. Haduh, gimana ini sampe nggak enak sama supirnya. Mana sopirnya nggak menerima cash. Lalu tiba-tiba seorang Ibu berhijab beranjak dari tempat duduknya dan langsung menempelkan kartunya untuk saya, dan beep.
Saya dibayarin. Saya pun langsung berterimakasih. Waktu saya mau menggantinya, dia insist menolaknya. Sampai nggak enak beberapa penumpang lain ngeliatin saya. Luar biasa memang, saya hampir-hampir tidak ingat kalau suasana Ibukota pun bisa sebaik ini. “If you need anything, I’m here to help.” Terdengar suara seorang gadis menawarkan kebaikannya. “Oh, that's so kind of you. çok teÅŸekkür ederim.“ Lagi-lagi saya bilang dalam hati, some people are just very nice.
Melike Hatun Camii, Ankara, Turkey |
One fine morning in Ankara |
Terima kasih sudah menyempatkan waktu membaca. Sampai ketemu lagi di cerita perjalanan selanjutnya ya!
Menarik juga melihat desain arsitektur Anitkabir yang sepertinya agak berbeda dari kebanyakan langgam arsitektur bangunan di Turki. Anitkabir kelihatan kaya tipikal mausoleum-masuoleum lainnya di beberapa negara semacam Vietnam (Ho Chi Minh) atau di Rusia. Apa ada pengaruh kebijakan Attaturk yang sangat sekuler ya sehingga desain makamnya juga dibikin tanpa ciri Ottoman sama sekali.
ReplyDelete