“If the world was only one country, Istanbul would be its capital!”
Kamu pasti pernah mendengarnya, bukan? Turki menjadi appealing karena menyimpan sejuta pesona sebagai negeri kekaisaran Ottoman, pusat peradaban dan kebudayaan dunia. Arsitekturnya yang megah, bazarnya yang antik, dan juga makanan khasnya yang dikenal.
Finally, Aya Sofia :) I can't believe that i'm here |
Begitu dapat info tiket promo dari Jakarta-Istanbul seharga 4,7 juta PP dari Oman Air, saya menyambarnya bak orang kesurupan. Kesempatan nggak datang dua kali, pikir saya. Harga normalnya sih antara 8-15 jutaan. Kebangetan memang diskon-diskon penerbangan mancanegara dibanding dalam negeri. “Let’s get to know another part of the world, shall we?”
Baca juga: Jalan-jalan Hemat ke Turki 10 Jutaan ALL IN
Sebelum memutuskan untuk solotravelling ke Turki, saya belajar praktik dulu dari mulai yang dekat-dekat seperti dolan ke kota-kota di Jawa, pernah juga jalan ke Nusa Penida - Bali, ke Penang dan berdua bersama adik keliling Malaysia dan Singapura. Jalan-jalan bareng teman-teman juga sering. Ya sembari mengumpulkan mental. Kebetulan saya juga berteman dengan para pesolo travel jadi bisa saling berbagi cerita dan motivasi. Perjalanan-perjalanan sebelumnya selalu menjadi bekal kita kedepan, pengalaman yang akan membawa kita melangkah lebih jauh.
Salah seorang senior backpacker pernah komentar, “ASEAN saja belum semuanya, dik. Sudah ke Turki saja. Mantul. “ Ampun suhu, gimana ya namanya orang penasaran. Haha. Ini juga masih belajar lah.
Bismillah, Terima Kasih Allah Kau beri hamba kesempatan lagi untuk menjelajahi Bumi-Mu.
Touchdown Istanbul
Pesawat Turkish Airlines yang saya naiki landing di bandara New Istanbul Airport (IST) pukul 6 pagi. (dari Jakarta-Muscat saya memang naik Oman Air, tapi dari Muscat-Istanbul tiba-tiba diganti oleh pihak maskapai untuk penerbangan dengan Turkish Airlines. No big deal at all, menurut saya.) gede banget bandara baru ini. Sebagai bandara anyar -pengganti bandara attaturk lama yang dilaporkan sudah overload- pasti bukan main sibuknya.Saya langsung bergegas ke imigrasi, mengantre pada baris “Foreign Passport” dengan perasaan deg-degan. Ya tahu sendirilah, bagaimana sensasi pertama kali ke negara asing yang belum pernah kamu kunjungi sebelumnya. Mendebarkan. Saya sebisa mungkin selalu stay cool kalau di imigrasi manapun.
teşekkür ederim, sir. Jawab saya begitu paspor kembali diulurkan. Mencoba melafalkan kata itu dengan benar.
Saya pun auto keluar dengan kegembiraan yang memadat, tersenyum mengintip cap baru yang melekat di paspor hijau yang sudah mulai lusuh. Alhamdulillah, finally, Turkey!
Hal pertama yang selalu saya lakukan begitu keluar bandara adalah mencari transportasi umum ke kota. Saya mencetak Istanbulkart terlebih dahulu, kartu pintar untuk membayar transportasi umum, ya semacam Ezlink/tourist pass di Singapura/Octopus Card di Hongkong.
Saya mengisi saldo 50 TL untuk jaga-jaga. Karena ini bandara pindahan baru (sebelumnya Attaturk Airport) dan belum ada metro, opsi paling hemat ke kota sih naik bus. Sebagai backpacker, saya menghindari taksi karena pasti lumayan mahal harganya, well kecuali kalau lagi urgent banget misal tiba pada dini hari.
Saya turun ke lantai dua mencari bus HAVAIST dan peron dengan tujuan Sultanahmet, rute paling populer di kalangan turis. Tarif busnya 18 TL atau 45 ribuan. Busnya nyaman dan empuk sekali dan longgar seatnya.
Pemandangan dari bus. |
Tidak salah memilih awal Oktober sebagai bulan perkenalan saya dengan Turki karena saya bisa merasakan pengalaman musim gugur pertama. Tipis-tipis memang, tapi tetap cantik.
Sebenarnya, target saya hari ini berniat langsung flight dari Istanbul ke Kayseri, karena waktu itu salah ambil jadwal penerbangan, saya kira siang ternyata dapet malam, tapi ternyata jadi nggak soal yang besar. Nilai positifnya, saya jadi bisa preview Istanbul dahulu, dan bisa merasakan pengalaman terbang melalui dua bandara yaitu sisi asia dan sisi eropa. Salah milih sih, mana harus ke beda bandara juga, tapi menguntungkan jadi agak longgar waktunya. Jadilah saya menikmati 12 jam pertama dahulu keliling Sultanahmet hingga ke Taksim. Kemana saja saya di hari pertama?
Wandering around Sultanahmet, Eminonu and Taksim
Mobil pribadi yang lewatan di jalur tram |
Saya beruntung tiba di Sultanahmet di pagi hari, jadi bisa menikmati suasana kota saat ia baru terbangun. Turis-turis belum begitu memadati kawasan ini, dan saya merasa sangat aman wandering meskipun banyak yang bilang kawasan ini rawan scam. Setelah mampir ke kedai kebab, menyesap turkish cay yang nikmat, saya bergegas mencari ATM untuk menarik Lira. Disini juga unik ATM nya, ada opsional dua mata uang, yaitu EURO dan LIRA. Rupanya disini ATM nya terbuka dan nggak ada biliknya kayak di Indonesia.
Transportasi di Turki terbilang canggih dan convenient. Saya selalu commute pakai transportasi umum, termasuk tram T1 ini, tinggal tap dengan Istanbulkart, Sekali tap juga nggak mahal, dikenakan tarif 2,5 TL atau 6 ribuan saja untuk naik tram T1. Kalau misal saldonya habis, bisa diisi ulang di stasiun pemberhentian metro di area Sultanahmet atau Emoninu dll.
Uniknya tram T1 ini, ia bergerak melintasi relnya yang berdampingan dengan orang-orang, toko-toko dan bahkan kendaraan pribadi! Tapi masih terlihat tertib dan bersih. Sering lihat iklan Ind*mie disini tertempel di bahu kereta.
Suasana Eminonu, dari stasiun ini kita bisa melihat pemandangan teluk Istanbul. Saya menelusuri hingga ke jembatan Galata. |
Smile, remember good people are always there around you :) |
Suasana Ortakoy Sahili, masjid cantik berwarna putih di selat Bosphorus. Sangat menawan. |
the statues of heroes...in Taksim Square |
Watchout...! Tram tunnel ikonik di Taksim. Saya ngefans sama tram ini. Old fashioned banget |
Waktu sudah menunjukkan pukul 16.30, dari Taksim saya langsung jalan kaki ke loket Havabus untuk membeli tiket bus bandara tujuan ke Sabiha Gökcen Airport, busnya mangkal persis di dekat Point Hotel. Lumayan dekat jalan kaki Bus rute tarifnya 18 TL. Jaraknya sekitar 90 menit perjalanan.
Flight dari SAW ke Kayseri dijadwalkan pukul 23.00, karena waktu itu takut kejebak macet (karena Istanbul memang terkenal macetnya) jadi saya harus bergegas ke bandara lebih awal dan Alhamdulillah bisa tiba disana pukul 6 sore. Leyeh-leyeh di bandara beberapa jam sebelum terbang ke Cappadocia. Nggak tidur! Karena takut kebablasan haha.
Saya menemukan sedikit fakta unik waktu saya di ruang tunggu sebelum boarding, saya mendengar suara anjing. Rupanya warga lokal disini sudah terbiasa membawa binatang piaraan ke dalam pesawat.
Sejauh ini Istanbul in nutshel saya sangat menyenangkan, dan saya akan puas-puasin kembali ke Istanbul pada hari-hari terakhir. and Cappadocia is calling…Sampai sini dulu guys. Postingan Cappadocia akan ada di tulisan selanjutnya. Terima kasih sudah membaca. See you on the next post!
di tunggu cerita selanjutnya kak :)
ReplyDeleteSiapp.. Makasih kak sudah mampir...
DeleteMana cerita traveling yg baru kak 2020?
ReplyDeleteMantep bgt kak, ini pas hari pertama di Istanbul berarti gak nginep ya? Langsung ke cappadocia dan bermalam disana?
ReplyDeleteMohon infonya .. apakah ada penerbangan domestik antara Istanbul dan Cappadocia.. kira2 berapa ya..? trims
ReplyDeleteada... bisa dari Istanbul airport (sekali jalan 800rban) atau dari Sabihan Gokcen Airport (sekali jalan 400rban)
DeleteSaya punya kenalan disana andaikan saja saya bisa pergi kesana menemuinya.. saya sangat merindukannya tuhan jika iya jodohku dekatkanlah
ReplyDeletekak, untuk rute bis dan jalan bisa pake gmap kah di sana?
ReplyDeleteInformatif bgt info turkeynya kak.. pengen dpt tiket pesawat promoo
ReplyDelete